Minggu, 18 Desember 2011

Mari Berhitung Penghasilan Pengemis

Agama melarang kita untuk mengemis sepanjang kita masih mampu untuk berusaha. Namun, sayangnya dari waktu ke waktu, profesi mengemis kian merebak. Profesi ini tidak hanya dilakoni oleh mereka yang secara fisik tidak mampu, akan tetapi yang masih muda dan bugar pun ikut mengemis.

Persimpangan jalan yang bertraffic light merupakan lahan favorit bagi mereka yang mengemis. Coba saja diperhatikan, mulai dari mereka yang lanjut usia, anak-anak, bahkan mereka yang muda-muda pun bertebaran tat kala lampu  merah sedang menyala.

Mengapa profesi ini tetap diminati oleh mereka, padahal banyak orang yang beranggapan bahwa aktivitas mengemis adalah aktivitas yang tidak wajar bagi mereka yang masih mampu untuk berusaha?

Mungkin kita tidak sadar bahwa hal yang membuat sebagian orang memilih mengemis dari pada berusaha adalah penghasilan yang diperolehnya. 
Oleh karenanya, untuk mengetahui penghasilan pengemis, mari kita mencoba menghitungnya. Kita ambil contoh, “pengemis lampu merah”.

Setiap lampu merah, minimal dia mendapatkan Rp 2000 dari pengendara-pengendara. Dalam 1 jam sebanyak 30 kali lampu merah. Jika dikalkulasi maka dalam sejam, minimal dia mendapatkan Rp 60.000. Sehari biasanya pengemis beroperasi selama 10 jam. Jadi dalam sehari dia dapat memeroleh Rp 600.000.

Jika kita ingin menghitung berapa pendapatannya dalam per bulan, maka jumlah perhari tersebut dikalikan saja dengan 30 hari, sebab tidak ada hari libur bagi mereka yang mengemis, yaitu sebanyak Rp 18.000.000.

Sungguh penghasilan yang fantastis bagi seorang pengemis dalam sebulan. Bagaimana pula jika seluruh anggota keluarganya baik orang tua maupun anak mengemis. Pastinya penghasilan yang diperoleh akan berlipat-lipat. Hal ini lah mengapa jika mereka ditempatkan dalam bina sosial selalu berusaha untuk keluar, karena di sana mereka tidak bisa mendapatkan apa-apa, ketimbang jika mereka mengemis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar