Kamis, 01 Desember 2011

KTT ASEAN Ke-19: Ketahanan Pangan

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN merupakan pertemuan puncak antara pemimpin–pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan budaya antarnegara-negara Asia Tenggara. Terdapat sepuluh negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nationts atau yang lebih dikenal dengan ASEAN, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Loas, Myanmar, dan Kamboja.

Pada tahun 2011, KTT ASEAN yang ke-19 diselenggarakan di Nusa Dua Convention Center, Bali, yang telah menghasilkan Sembilan pencapaian. Hal ini juga merupakan hasil pembahasan dari 10 kepala negara/pemerintahan de-ASEAN dan delapan negara mitra dialog. Kesembilan pencapaian tersebut adalah pencapaian konkret untuk mempererat tiga pilar konektivitas ASEAN, penguatan pertumbuhan ekonomi, membangun arsitektur yang lebih efisien dan efektif bagi kerjasama regional, menjaga stabilitas dan kemananan kawasan Asia Tenggara, memperkuat peran ASEAN di kancah internasional, peningkatan kerjasama membangun platform, dan tindakan nyata ketahanan pangan, energi, dan air, sekaligus perubahan iklim, kerjasama bidang penanggulangan ancaman nontradisional, seperti bencana alam, terorisme, dan keahatan transnasional, kerjasama menjaga perdamaian, keamanan.

Salah satu hal yang paling penting dari sembilan hasil kesepakatan tesebut adalah ketahanan pangan khususnya ketersediaan beras. Isu seputar kesepakatan cadangan beras menjadi topik utama, dimana tujuan implementasi cadangan beras ASEAN ditambah dengan tiga negara yaitu Jepang, Korea Selatan, dan China digunakan sebagai upaya untuk menjaga stabilitas harga beras dan tidak terbatas pada kebutuhan saat kondisi gawat darurat.

Sebagai sebuah perbandingan, pada ajang Asean Economic Community (AEC) pada KTT ASEAN ke-18 lalu, delegasi Indonesia akan menambah kontribusi terhadap cadangan beras bersama ke ASEAN dari yang sebelumnya 12.000 ton menjadi 25.000 ton. Negara anggota ASEAN sepakat menyusun aturan dan langkah strategis untuk mengamankan ketersediaan pangan di kawasan, menyusul tingginya gejolak harga pangan. Sebelumnya, kesepakatan ASEAN plus three emergency rice reserve (AFTER) yang dijadwalkan akan ditandatangani pada pertemuan Menteri Pertanian dan Kehutanan anggota ASEAN (AMAF) ditambah dengan Jepang, China, dan Korea Selatan ke-10 diPhnom Penh, Kamboja.

AFTER merupakan kesepakatan bersama antara neara anggota ASEAN dan tiga negara besar yang telah disebutkan di atas. Komitmen AFTER merupakan komitmen bersama untuk berkontribusi memberikan cadangan bersama sebesar 787.000 ton. Dalam komitmennya, China berkomitmen menyumbang 300.000 ton, Jepang sebesar 250.000 ton, Korea Selatan 150.000 ton, dan Indonesia 25.000 ton.Sumbangan beras ini akan dijadikan sebagai modal dan antisipasi jika terjadi bencana, seperti banjir, kekeringan, ataupun gangguan lain dari dampak perubahan iklim. Setiap anggota dapat memanfaatkan cadangan beras bersama tersebut, sebab negara- negara tersebut menyadari isu perubahan iklim sebagai masalah dan menjadi perhatian bersama baik negara produsen maupun konsumen. 
 
Akan tetapi, kendati para pemimpin ASEAN telah sepakat menjaga ketahanan pangan, implementasi di lapangan belum dapat berlangsung konkret, sebab belum ada kejelasan tentan kebijakan yang akan dilakukan bersama. Sebagai contoh, yaitu belum adanya sebuah lembaga yang disepakati sebagai wadah untuk mengelola ketersediaan pangan tersebut dalam tingkatan ASEAN. Dengan adanya wadah ini, maka diharapkan pengelolaan pangan termasuk beras dapat berjalan secara maksimal dan efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar