Pertama kali ketika fly over Makassar di resmikan, beberapa pihak termasuk saya merasa sangat bersyukur. Paling tidak dengan adanya jalan layang tersebut, kemacetan sedikit terkurangi.
Hingga akhirnya, setiap kali saya melintasi fly over yang memotong Jalan Andi Pangeran Pettarani dan Tol Reformasi, saya selalu terheran. Dalam hati bertanya “ada apa sebenarnya, mengapa fly over selalu ramai kala senja hingga malam?”
Awalnya, saya berpikir mungkin para remaja itu ingin melihat sunset, matahari terbenam dari ketinggian tanpa terhalangi oleh gedung-gedung menculang. Namun, “mengapa lanjut hingga larut malam?” Lama-kelamaan saya pun tersadar, ternyata mereka sedang berpacaran di fly over.
Sungguh aneh, bukan!!!!!
Ini adalah fenomena yang sangat jarang terjadi, khususnya di kota besar. Para remaja memilih tempat berpacaran di fly over. Dan parahnya, mereka pun tanpa rasa malu bermesraan. Mereka mungkin tidak sadar bahwa mereka diamati oleh setiap orang berkendara yang melintasi jalan tersebut.
Peristiwa ini tentu sedikitnya membuat risih masyarakat bahkan menimbulkan rasa malu. Pernah suatu kali, mereka yang sedang nongkrong di atas motornya, saling berpangku dengan pasangannya, kemudian diusir oleh sekelompok Front Pembela Islam. Dampaknya pun terlihat, fly over kembali bersih. Namun, uniknya hal itu hanya berlangsung sekitar sepekan, setelah itu keadaan kembali ramai seperti sebelumnya.
Tidak kapok-kapok.
Banyak kemudian orang yang saya temani berdiskusi melontarkan pernyataan.
“Mereka tidak takut ya, nongkrong di tepi fly over, padahal jalan layang tersebut jalur cepat bebas hambatan, bisa-bisa nanti akibatnya fatal.”
“Benar-benar tidak elit, kampungan, masa tempat pacaran di fly over. Memangnya tidak ada tempat yang lebih romantis dari fly over.”
“Mereka semua bikin malu saja.”
Pernyataan-pernyataan di atas hanyalah sebagian kecil, yang jelas semua menilai negatif.
Makanya, pernah ketika melintasi fly over, saya mengamati dengan baik, jangan-jangan ada orang yang saya kenal. Untungnya tidak ada. Jika ada, mungkin saya sudah tulis namanya sekarang.
Hingga akhirnya, setiap kali saya melintasi fly over yang memotong Jalan Andi Pangeran Pettarani dan Tol Reformasi, saya selalu terheran. Dalam hati bertanya “ada apa sebenarnya, mengapa fly over selalu ramai kala senja hingga malam?”
Awalnya, saya berpikir mungkin para remaja itu ingin melihat sunset, matahari terbenam dari ketinggian tanpa terhalangi oleh gedung-gedung menculang. Namun, “mengapa lanjut hingga larut malam?” Lama-kelamaan saya pun tersadar, ternyata mereka sedang berpacaran di fly over.
Sungguh aneh, bukan!!!!!
Ini adalah fenomena yang sangat jarang terjadi, khususnya di kota besar. Para remaja memilih tempat berpacaran di fly over. Dan parahnya, mereka pun tanpa rasa malu bermesraan. Mereka mungkin tidak sadar bahwa mereka diamati oleh setiap orang berkendara yang melintasi jalan tersebut.
Peristiwa ini tentu sedikitnya membuat risih masyarakat bahkan menimbulkan rasa malu. Pernah suatu kali, mereka yang sedang nongkrong di atas motornya, saling berpangku dengan pasangannya, kemudian diusir oleh sekelompok Front Pembela Islam. Dampaknya pun terlihat, fly over kembali bersih. Namun, uniknya hal itu hanya berlangsung sekitar sepekan, setelah itu keadaan kembali ramai seperti sebelumnya.
Tidak kapok-kapok.
Banyak kemudian orang yang saya temani berdiskusi melontarkan pernyataan.
“Mereka tidak takut ya, nongkrong di tepi fly over, padahal jalan layang tersebut jalur cepat bebas hambatan, bisa-bisa nanti akibatnya fatal.”
“Benar-benar tidak elit, kampungan, masa tempat pacaran di fly over. Memangnya tidak ada tempat yang lebih romantis dari fly over.”
“Mereka semua bikin malu saja.”
Pernyataan-pernyataan di atas hanyalah sebagian kecil, yang jelas semua menilai negatif.
Makanya, pernah ketika melintasi fly over, saya mengamati dengan baik, jangan-jangan ada orang yang saya kenal. Untungnya tidak ada. Jika ada, mungkin saya sudah tulis namanya sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar