Waktu telah menunjukkan pukul 21.00 wita Jumat malam. Saatnya untuk packing pakaian dan barang-barang yang akan di bawa ke kampung halaman. Sesuai rencana saya beserta ketiga saudara akan mudik keesokan harinya untuk berlebaran bersama kedua orang tua tercinta. Setelah melakukan packing, lalu bersiap-siap tidur, istirahat yang cukup. Perjalanan esok dimulai pukul 06.00 wita.
Sebelum tidur saya pun berniat untuk bangun pukul 4 pagi, sembari berniat untuk sahur dan puasa arafah. Bagi saya ini adalah sebuah tantangan besar, sebab akhir-akhir ini sangat jarang saya bisa menatap mentari di pagi hari. Alhasil, diantara bersaudara saya yang bangun paling dulu. Saya menatap jendela, suasana di luar masih gelap. Namun sayang, niat bangun jam 4 pagi ternyata tidak bisa terwujud, saya bangun pukul 5. Lebih satu jam dari perencanaan. Niat puasa arafah pun gugur. Semoga tahun depan saya bisa menjalankannya.
Bangun pagi, mandi, sarapan nasi goreng, lalu berpakaian. Ketiga saudara saya juga sudah terlihat siap. Barang-barang bawaan dinaikkan ke bagasi mobil. Kemudian semua sepakat agar saya yang menyetir pertama, dan ditengah perjalanan nanti akan bergantian dengan Wiwin, kakak . Waktu menunjukkan pukul 06. 30 kami pun berangkat menuju kampung halaman. Berarti sekali lagi molor, tapi kali ini 30 menit dari rencana awal 06.00.
Saya sebagai driver pertama, tentu duduk diposisi driver, di samping saya ada adik perempuan, Illa. Kemudian, di jok belakang di isi oleh Wiwin dan Maruf. Belum lama perjalanan, sekitar 30 menit, ketiga orang tersebut pun tertidur. Saya menyetel suara musik kencang-kencang, agar tidak ikut-ikutan mengantuk. Hingga di tengah perjalanan Kab. Jeneponto semua lancar. Aspal mulus, baru satu tahun lalu ada perbaikan jalan oleh pemerintah. Namun, melewati pusat kota tersebut, jalan mulai berlubang. Saya pun memperlambat laju mobil.
Saya menoleh kebelakang dan kesamping, semua masih tertidur. Ini berarti saya kemungkinan besar akan menyetir hingga sampai ditujuan. Mendekati perbatasan Jeneponto-Bantaeng, mereka terbangun, mungkin karena guncangan mobil, akibat aspal jalan raya yang tidak mulus.
Saya masih ingat, 2 bulan yang lalu saat melewati Bantaeng, jalan raya sedang diperbaiki. Harapan pun semoga perbaikan sudah selesai. Dan syukurnya, aspal jalan raya Bantaeng sudah hampir rampung, sisa beberapa jembatan yang sementara dalam perbaikan. Laju mobil semakin meningkat. Saya melihat kondisi Wiwin yang seyogyanya driver kedua pascabangun dari tidur belum stabil. Akhirnya, saya memutuskan untuk menyetir hingga sampai di tujuan. Sebenarnya, bagi saya tidak masalah, bahkan pada kondisi ini saya bisa menikmati lintasi trek baru tanpa lubang sepanjang Kab. Bantaeng.
Memasuki wilayah Bulukumba, sekitar 4 kilometer ke depan dari perbatasan juga terlihat aspal baru. Sangat nyaman berkendara. Melewati wilayah tersebut, akhirnya aspal lama masih menjadi pijakan roda-roda mobil. Untungnya jalan raya sepanjang Bulukumba tidak separah sebagian wilayah Jeneponto. Yang tampak hanya pohon-pohon besar yang dahulunya tumbuh di tepi jalan, sebagian telah dicabut untuk pelebaran dan perbaikan jalan. Sekitar Pukul 12.15 kami pun tiba di istana kediaman. Kami sangat bersyukur perjalanan lancar.
hahahay ada ma'ruf juga, pembalabnya bonto bangun.....
BalasHapus